Senin, 28 Juli 2014. Singapore - Phnom Penh.
Pesawat EHS dari Singapore berangkat pukul 13.55 dan tiba di Phnom Penh pukul 15.00. Harap hati-hati dengan transportasi menuju penginapan. Untuk transport ke penginapan, kita mempunyai 3 pilihan, yang pertama adalah motodop (ojek). Motodop ini merupakan transport paling murah. Tetapi motodop hanya ada di luar dari kawasan airport. Dan untuk harganya biasanya USD 5. Yang kedua adalah tuk-tuk. Tuk-tuk ini lebih mahal dari motodop. Biasanya untuk menuju penginapan USD 8. Waktu itu tuk-tuk yang menghampiri EHS meminta USD 12 untuk menuju penginapan. Dan tentu saja EHS menolaknya. Dan terakhir adalah taxi. Biasanya ongkos taxi USD 12. Setelah berdebat dengan tuk-tuk, EHS mencoba menawar taxi, dan dengan mulusnya taxi itu memberikan tarif hanya USD 9. Harap diperhatikan, taxi disini tidak memakai argo. Jadi untuk semua jenis transportasi disini harap mengeluarkan skill untuk menawar. Dan untuk mengetahui harga normalnya, kita dapat bertanya kepada information di airport atau resepsionis penginapan kita.
EHS di Phnom Penh menginap di One Stop Hostel. Hostel ini sangat nyaman. EHS tidak terlalu suka dengan hostel yang memiliki bar, karena bakal mengganggu istirahat, tetapi enaknya kita dapat mempunyai teman banyak. One Stop Hostel ini tidak memiliki bar, sangat bersih dan lokasinya sangat strategis. Berada di dekat tempat berhentinya bus malam ke Siem Reap yang akan EHS naiki. Selain itu lokasinya berada di riverside (pinggir sungai) yang oleh pemerintah disulap menjadi taman yang sangat nyaman. Selain itu banyak cafe dan street vendor yang memudahkan kita untuk mencari makanan. Karena EHS sudah cocok dengan hostel ini, maka untuk di Siem Reap EHS juga menggunakan One Stop Hostel juga. Karena memiliki lokasi yang strategis juga.
Sesampai di hostel, EHS check in mengatur barang dan mandi. Enaknya tinggal di hostel itu karena kita bakal sekamar dengan orang lain, yang berarti kita tidak akan sendirian walaupun kita lagi traveling sendirian. Setelah semuanya selesai, EHS memutuskan mengunjungi Wat Phnom dan setelah itu mencari makan. Beruntungnya EHS karena teman sekamar EHS mau ikut bersama dengan EHS.
Wat Phnom
Wat artinya kuil dan Phnom artinya bukit, jadi arti wat phnom adalah kuil yang dibangun diatas bukit. Tidak ada yang spesial dari kuil ini. Tetapi sejarah kuil ini yang menjadikannya spesial. Konon ada seorang janda kaya bernama Penh yang menemukan pohon koki di sungai. Dan ternyata di dalam pohon itu terdapat patung Budha yang terbuat dari perunggu. Kemudian janda itu membuat kuil diatas bukit untuk melindungi patung tersebut. Dan akhirnya raja membangun kuil untuk menghormati janda itu, dan membuat nama janda tersebut untuk kota ini. Jadi Phnom Penh memiliki hubungan dengan kuil ini dan janda yang membangun kuil ini.
Central Market
Tujuan selanjutnya adalah Central Market. Sayangnya sudah terlalu malam sehingga sudah tutup.
Sisowath Quay
Sisowath Quay adalah daerah riverside yang oleh pemerintah ditata dengan bagus, diberi taman, trotoar yang lebar dan bersih. Sehingga para warga menggunakannya untuk bersantai, memancing dan berolah raga. Akhirnya kita makan di cafe di riverside (Sisowath Quay). Dan di cafe itu, EHS memiliki makanan tradisional favorit EHS, yaitu loc lac. Loc lac menurut EHS seperti daging sapi lada hitam, bedanya loc lac diberi tambahan kacang dan green pepper. Selain itu, EHS diberi sambal yang berasal dari merica dan black pepper.
Night Market
Satu lagi yang patut dikunjungi adalah night market. Sayangnya night market di Phnom Penh hanya buka waktu weekend saja. Tetapi kalau kamu juga mengunjungi Siem Reap, jangan kecewa kalau night market di Phnom Penh tutup. Karena night market di Siem Reap lebih bagus dari pada di Phnom Penh.
Selasa, 29 Juli 2014. Phnom Penh - Siem Reap.
Jadwal hari ini adalah mengunjungi tempat pariwisata utama yang ada di Phnom Penh yaitu Cheong Ek Killing Field dan Tuol Sleng Genocide Museum. Untuk menuju kedua tempat itu, EHS beserta 1 teman baru EHS menyewa tuk-tuk untuk setengah hari. Tuk-tuk bisa disewa melalui hostel. Tarifnya USD 15 per tuk-tuk yang sebetulnya dapat diisi orang 3. Tetapi berhubung kita hanya berdua maka per orangnya USD 7.5.
Cheong Ek Killing Field
Cheong Ek ini merupakan suatu daerah yang sebelumnya dipakai sebagai kuburan bagi warga China. Tetapi oleh Khmer Rough dipakai sebagai tempat pembantaian para pemberontak. Biaya masuknya USD 3 dan kita akan mendapat audio tour. Jadi lokasi-lokasi disini ditandai dengan angka-angka. Untuk tiap angka, kita dapat memperoleh penjelasan dengan memainkan audio tour yang kita teima sesuai dengan angka-angka tersebut. Tetapi sebaiknya, sebelum memulai tour ini, kita melihat jadwal film pendek yang akan dimainkan di museumnya. Karena jadwal filmnya sekitar 1 jam sekali. Sangat sayang untuk dilewatkan. Dan bodohnya, EHS melewatkan film itu. Film itu berisi cuplikan-cuplikan sejarah, sistem kerja paksa dan kekejaman Polpot yang telah menewaskan banyak orang. Hampir semua orang di Cambodia pernah kehilangan sanak familinya karena Polpot dan kawan-kawannya. Sangat sadis. Jadi, jangan mengharapkan tempat wisata yang indah di tempat ini. Tetapi siap-siap dengan kengerian sejarah Cambodia, yang bagi EHS sampai membuat EHS geleng-geleng dan sedih terus.
Puncak tour ini bagi EHS adalah sebuah pohon yang digunakan untuk membunuh bayi-bayi yang orang tuanya sudah dibunuh. Alasan kenapa bayi itu juga dibunuh adalah agar mereka tidak dapat membalas dendam atas apa yang terjadi pada kerabatnya. Sungguh gila orang itu. Cara untuk membunuh bayi pun sangat tragis. Mereka mengangkat bayi itu pada kakinya dan melemparkannya pada pohon.
Karena banyak yang kehilangan keluarga dan tidak mengetahui dimana dimakamkannya, maka tempat ini sering digunakan sebagai tempat untuk berkabung dan mendoakan keluarga yang mati ditangan Polpot tetapi tidak diketahui dimana dimakamkan. Jadi harap diperhatikan baju yang kita kenakan. Harap menghormati banyak orang yang sudah kehilangan itu.
Tuol Sleng Genocide Museum
Biasa disebut dengan S-21. Sebelumnya bangunan ini adalah sekolah dasar untuk warga. Tetapi oleh kegilaan Polpot, tempat ini disulap menjadi tempat penyiksaan para pemberontak. Tiket masuknya sebesar USD 2. Disini kita dapat melihat banyak ranjang besi yang dihubungkan listrik untuk menyiksa agar mereka mengakui kesalahannya. Bayangkan saja betapa sakitnya, dan setelah mereka tidak kuat, biasanya mereka akan mengaku walaupun sebetulnya tidak melakukannya. Setelah itu baru dikirim ke Cheong Ek untuk dibumi hanguskan. Selain itu, ada kelas-kelas yang diberi sekat-sekat kecil hanya seukuran manusia tidur yang digunakan sebagai penjara.
Sebetulnya kita boleh memfoto kedua tempat itu, tetapi EHS tidak tega. Jadi EHS melewatkan semua foto-fotonya.
Royal Palace dan Silver Pagoda
Setelah semua hal yang menguras emosi diatas, kita diantarkan tuk-tuk untuk kembali ke hostel. Setelah istirahat dan makan siang, EHS dan teman EHS tadi memutuskan untuk mengunjungi Royal Palace dan Silver Pagoda. Tiket masuknya USD 6.5. Tetapi apabila Sahabat EHS sudah pernah ke Grand Palace di Bangkok, maka kamu akan merasa kerajaan ini biasa saja. Kalah jauh dengan yang di Bangkok. Selain itu, ada 1 bangunan kerajaan di Bangkok yang bergaya seperti di Cambodia ini. Jadi menurut EHS percuma EHS datang kesini.
Untuk Silver Pagodanya EHS tidak menemukannya. Karena EHS tanya penjaganyapun mereka juga tidak tahu. Setahu EHS, Silver Pagoda letaknya juga di dalam Royal Palace. Jadi EHS tidak mempunyai banyak info tentang ini.
National Palace Museum
Tempat ini merupakan museum artefak yang berasal dari kerajaan kuno Cambodia. Tiket masuknya USD 5. Tidak ada yang menarik dari tempat ini. Kalau Sahabat EHS berkunjung ke Siem Reap, disana ada Angkor National Museum yang jauh lebih bagus dan lengkap dari pada disini. Bedanya disini kita boleh memfotonya, kalau di Siem Reap kita tidak boleh memfotonya. Tetapi EHS rasa tetap masih mengesankan yang di Siem Reap.
Jadi di Phnom Penh ini tempat wisatanya yang bagus hanyalah wisata sejarah. Jangan harapkan berfoto dengan landmark keren, karena disini tidak ada. Tetapi disini akan memperkaya rasa kemanusiaanmu. Jadi tetap jangan lewatkan Phnom Penh. Tetapi kalau kamu tidak tahan dengan kekerasan, sebaiknya langsung ke Siem Reap saja. Walaupun begitu, EHS di Phnom Penh menemukan banyak teman baru. Jadi EHS sangat brsyukur dapat berkunjung ke Phnom Penh.
Setelah malam menjelang, EHS bersiap-siap untuk menuju ke Siem Reap. EHS memesan bus malam menuju ke Siem Reap. Ada 2 pilihan untuk night bus ini, sleeper bus dan hotel bus. Sleeper bus ini seperti bus biasa tetapi dudukannya dapat disandarkan hampir posisi tidur. Kalau hotel bus ini busnya berisi kamar-kamar kecil bertirai dengan kasur-kasurnya. Jadi tidak ada tempat duduk disini. Dan 1 ruangan untuk 2 orang, artinya kita harus siap menerima keadaan, syukur-syukur kalau sebelahmu cewek cantik berbody sexy dan berbaju minim hahaha .. Tetapi yang EHS dapatkan sungguh terbalik, cowok Cambodia yang mengorok lumayan keras dan yang bikin EHS tambah tidak bisa tidur adalah tangannya sering menyambar muka EHS aaaarrrgghhh .. Tetapi EHS bertemu teman baru juga di seberang kamar EHS.
Muka kurang tidur hahaha .. |
Ada kejadian yang lumayan tidak terlupakan menaiki hotel bus ini. Karena Cambodia merupakan negara yang masih miskin, maka banyak jalan yang belum beraspal. Phnom Penh dan Siem Reap merupakan 2 kota terbesar di Cambodia. Selain itu, banyak turis yang pergi kedua kota itu. Herannya masih saja ada jalan yang belum diaspal. Dan ditengah-tengah tidur, EHS dibagunkan secara paksa dan disuruh keluar dari bus. EHS dengan masih belum sadar, mengambil tas yang berisi uang dan berjalan keluar. Ternyata, bus yang EHS kendarai terjebak di tanah yang masih gembur. Dan herannya, banyak bus, mobil dan truk yang lewat, tetapi mereka tidak mau membantu. Kurang lebih 3 jam kita ditelantarkan di pinggir jalan. Sampai akhirnya ada 1 truk yang mau membantu. Setelah semua beres, EHS kembali naik bus menuju ke Siem Reap. Jadwal yang seharusnya jam 5 sampai jam 6 tiba di Siem Reap, molor menjadi jam 10 kita baru tiba disana. Walaupun terjadi halangan, EHS sangat bersyukur bisa sampai di kota tempat dimana alam dan bangunan bersatu. Untuk kelanjutannya, EHS akan membuat postingan tersendiri mengenai Siem Reap. Nantikan terus ya hehehe ..
royal palace nya kerenn banget yaa do. Duhh itu pake acara kejeblos gitu bis nya yaa...untung gak kenapa2 yaa..hayoo lanjut lagii , siapa tau jadi pengen ke cambodia juga nihhh
ReplyDeleteHahaha .. Masih bagusan Grand Palace di Bangkok sih mamie .. Yang bagus disini adalah taman di sepanjang pinggir sungainya.
Deleteitu tengkorak yang dilemari kaca beneran tuh? banyak banget yaa ko, serem dah. kalo malem bakalan horror tuh, cocok buat uji nyali *lambaikan tangan ke kamera kalau sudah tidak kuattt* :)))
ReplyDeletewokeehh ditunggu kisah di Siem Reap nyaaa
Iya, beneran itu. Dan yang lebih parah lagi, kadang di jalan setapaknya, kita masih bisa melihat baju bekas yang tertimbun lama di tanah.
DeleteEHS ga berani malam2 sih hahaha .. Mungkin juga sudah tutup .. Tapi kalo datang siang rasanya atmosfernya tuh rimbun, dingin, hening terus ada kesedihan dimana-mana (EHS yang sedih maksudnya hehehe)
kalo boleh tau itu perusahaan busnya apa? makasih :)
ReplyDeleteBoleh. Kalau ga salah namanya Virak Buntham. Waktu itu EHS belinya di hostel tempat EHS menginap. Pilih yang hotel bus. Senang bisa membantu :)
Delete