Seperti biasa, salah satu kerugian kalau beli tiket promo
itu waktunya masih panjang, kira-kira setahun sebelum penerbangan. Dan ada
kemungkinan kalau tiket kita dipindah jadwal secara sepihak, dan kemungkinan
terburuknya, jalur penerbangan kita dihapus. Pada kali ini, kemungkinan
terburuk itu terjadi. Tiket Surabaya - Don Mueang (Bangkok) sudah tidak
tersedia, dan akan dikembalikan secara tunai. EHS merasa rugi dong, secara
tiket barunya harganya mencapai 2 juta sekali jalan dengan jalur Surabaya –
Kuala Lumpur – Don Mueang, maupun Surabaya – Jakarta – Don Mueang. Pergi pulang
jadi 4 juta. Padahal tiket EHS pergi pulang hanya 1 juta. Untungnya AirAsia
(setelah EHS menghubungi customer service-nya) mau memberikan ganti tiket, dan
tidak mengembalikan uang. Jadinya lebih capek karena banyak transit, tetapi
masih oke dari pada mengeluarkan uang 4 juta.
Setelah tiba di Bangkok, EHS menginap di Bangkok karena
bakal melelahkan kalau langsung disambung ke Yangon. Lagian, Bangkok selalu ada
sesuatu yang baru untuk dikunjungi. Tapi EHS tidak akan menjelaskan tentang
Bangkok, karena EHS di Bangkok hanya belanja dan pijat.
Setelah sampai di Yangon, EHS menuju taxi booth untuk pesan
taxi menuju ke stasiun bus menuju ke Bagan. Yangon bakal EHS kunjungi terakhir
karena pesawat pulang EHS dari Yangon lagi. Selagi badan dan pikiran EHS masih
fresh, yang capek-capek EHS selesaikan terlebih dahulu.
EHS memesan bus JJ Express yang dapat di pesan melalui
facebook-nya dan bayar nanti kalau sudah sampai di stasiun. Untuk link facebook
dapat di klik disini, dan
disini.
Keduanya sama sih, tapi EHS coba hubungi keduanya, siapa yang responnya lebih
cepat. Booking bisa dilakukan kurang lebih 1 bulan sebelum hari keberangkatan.
Untuk harganya (pada saat EHS berangkat) MMK 24,300 atau sekitar IDR 250.000.
Cukup mahal, tetapi tempat duduknya cukup lapang dan dapat ditidurkan dan
sandaran kaki dapat dinaikkan walaupun tidak sampai lurus.
Jadwalnya kita berangkat pukul 20.00 waktu Myanmar dan
sampai pukul 05.00 keesokan harinya. Tetapi ternyata pukul 03.30 kita sudah
sampai. Karena masih gelap, tidak ada pilihan lain selain naik taxi. Untungnya
EHS menginap di hostel yang cukup terkenal, sehingga EHS mendapat banyak teman
yang dapat diajak share taxi. Ada 8 orang dengan tujuan yang sama, sehingga
kita mengambil 2 taxi. Dengan tawar menawar yang cukup alot, akhirnya kita
mendapat taxi dengan MMK 10,000 ke hostel dibagi 4 orang. Dan ketika masuk
Bagan, kita wajib membayar Bagan Entrance Fee sebesar MMK 25,000. Kalau tidak
punya tiket masuk Bagan, penginapan manapun tidak akan bersedia memproses kita.
Setelah selesai urusan check in dan titip tas, karena masih
belum boleh masuk kamar, kita langsung menyewa e-bike untuk jalan-jalan di
Bagan. Pilihan terbaik adalah e-bike, seperti sepeda motor tapi lebih ramping.
Yang perlu diketahui, kadang batrai e-bike bisa cepat habis. Maka kita harus
memiliki nomor telephone tempat persewaannya agar dapat menolong kita. Untuk
menyewa e-bike kita perlu mengeluarkan uang sebesar MMK 3000 – 5000 untuk
sehari dan dipulangkan pukul 19.00. Tapi bisa menginap juga apabila kita ingin melihat sunrise, tinggal nego langsung harganya. Persewaan e-bike ada banyak tersebar di daerah penginapan.
BAGAN
Keinginan EHS pertama kali di Bagan adalah naik hot balloon.
Tapi sayangnya tidak tersedia karena cuaca yang buruk. Maklum, EHS datangnya di
musim penghujan. Tapi lebih baik batal deh, karena harganya pun mahal sekali.
Sekitar USD 350 jadi sekitar 4 jutaan. Akhirnya EHS hanya keliling Bagan saja.
Dan ini rute e-bike yang EHS jalani selama di Bagan.
Dan inilah keindahan Bagan yang berhasil terekam kamera EHS.
E-Bike yang setia menemani seharian |
Bonus foto makanan khas Bagan. Lupa namanya, tetapi ini adalah daging babi dimasak dengan saus kedelai hitam. Rasanya ga begitu cocok di lidah EHS. Padahal bayangan EHS ini seperti Jjajangmyun, mie kedelai hitam khas Korea. Karena memakai bahan yang sama, kedelai hitam. Tapi ternyata rasanya tidak sama. Tetapi salad daun tehnya sangat enak. Kita mencoba makanan ini di Queen Restaurant di dekat Old Bagan. Restaurant ini memiliki peringkat ke-11 di Bagan oleh tripadvisor. Perlu diketahui, karena kebanyakan Myanmar beragamakan Budha, maka banyak restaurant tidak halal disini. Bagi yang tidak memakan babi harap tanyakan dahulu. Karena sebagian besar selama EHS berada di Myanmar selalu ada babi di menunya.
MT. POPA
Keesokan harinya, EHS bersama teman-teman yang baru kenal di
hostel merencanakan untuk pergi bersama ke Mt. Popa. Tour ini dapat
diselesaikan setengah hari. Mt. Popa ini seperti bukit dan diatasnya terdapat
kuil. Kuil ini terlihat hebat kalau dilihat dari jauh. Tapi begitu sampai di
atas agak biasa. Tetapi kita disuguhi pemandangan yang lain dari atas, yaitu
menikmati landscape dan dapat melihat kota Bagan dari kejauhan.
Sempat terlihat hujan deras yang mengguyur kota Bagan, dan untungnya kita di Mt. Popa |
Masih terlihat hujan turun deras dari kejauhan |
Hujan tidak berlangsung lama, langit tampak menjadi cerah |
Sebetulnya di tempat persewaan e-bike ada tour Mt. Popa
sebesar MMK 8000. Tetapi karena teman-teman memilih yang lebih private tanpa
tambahan orang asing lagi, maka kita menyewa mobil beserta sopir. Jatuhnya
seorang MMK 9500. Lebih mahal, tetapi kita bisa seenaknya kita sendiri mau
lebih lama disuatu tempat atau berlama-lama di rumah makan.
Untuk postingan berikutnya, EHS akan membahas tentang Mandalay, Yangon, dan sebagai bonus Chiang Mai. Jadi nantikan terus postingan EHS berikutnya. Dan jangan lupa subscribe ataupun follow facebook dan instagam di sebelah kanan.
wihh keren ya :) jadi pengen kesana dah :)
ReplyDeleteiya. Myanmar cukup keren. Soalnya lumayan banyak perbedaan sama Indonesia, jadi lumayan banyak mengalami hal yang baru.
Delete