Ada beberapa kota kuno disekitar kota Mandalay. Pada
kesempatan kali ini, EHS dapat mengunjungi 3 diantaranya yang paling terkenal
yaitu Sagaing, Amarapura dan Inwa. EHS masih menggunakan jasa tour ojek yang
sama sewaktu berkeliling Mandalay. Waktu itu untuk tour ojek ke Mandalay Ancient City Tour ini biayanya sekitar MMK 10000. Karena kemarin waktunya mepet, karena EHS
baru datang sekitar pukul 11 siang. Maka untuk hari ini disisipkan 1 kuil yang
belum dikunjungi.
Mahamuni Pagoda
Kuil ini biasanya termasuk dalam Mandalay City Tour. Setiap
pagi hari, kita dapat melihat orang-orang beribadah, memandikan patung Budha dan
terkadang ada sumbangan untuk menempelkan daun emas di patung Budha yang ada di
tengah-tengah area.
Menempelkan daun emas |
Memandikan patung Budha |
Setelah dari Mahamuni Pagoda, kita akan diajak ke luar kota
menuju Amarapura. Di tengah-tengah perjalanan, kita dapat melihat pengrajin
patung dan terlihat para biarawan berkeliling untuk meminta makanan.
Mahagandayon Monastery
Perhentian pertama kita di biara Mahaganayon. Terkenal dengan
proses pemberian sarapan yang dapat dilihat oleh turis setiap pukul 10.30 pagi.
Harap perhatikan kesopanan waktu disini. Banyak turis yang mengambil gambar
dengan menggunakan lampu blitz yang mengganggu mereka. Dan banyak yang berfoto
mendekat kepada mereka, padahal biarawan senior sudah memperingatkan jangan
terlalu dekat.
Htupuryon Paya / Sitagu International Buddhist Academy
Kita menuju ke Sagaing. Karena naik tour ojek, maka kita
dapat mengunjungi yang terkadang jarang dikunjungi turis. Misalnya di Sitagu
ini. Waktu itu hanya ada segelintir orang yang berada disini. Di tempat ini
pernah diadakan World Peace Buddhist Conference termasuk Indonesia juga ada
yang mewakili hadir disana.
Sagaing Hills
Di Sagaing Hill terdapat beberapa tempat yang dituju, yaitu
Kaungmudaw Paya, Sagaing Temple dan Soon U Ponya Shin Bell Tower. Karena letak
kuil yang berada di atas bukit, maka pemandangan yang didapatkan pun bagus
sekali.
Setelah selesai dengan Sagaing Hills, kita akan menyebrang
ke Inwa. Inwa dulunya merupakan suatu kerajaan. Dan kita dapat melihat bekas
dari kerajaan yang tersisa. Sebagian sudah dijadikan kuil. Untuk menuju ke
Inwa, biasanya kita akan di drop sama tour guide, lalu disuruh memilih mau naik
perahu kecil menuju ke sana dan naik dokar untuk berkeliling Inwa. Naik perahu
memerlukan uang sekitar MMK 1000 dan naik dokar MMK 5000. Kalau kamu merasa
kuat jalan seprti turis-turis lainnya, kamu bisa naik perahu saja, selanjutnya
jalan kaki untuk menghemat. Untungnya tour ojek ini membawa EHS keliling Inwa
naik sepeda motornya sambil menjelaskan hal diatas dan berkata, “Untung kamu
sama aku, jadi ga nambah uang lagi.”
Le Htat Gyi Pagoda
Pagoda ini berada ditengah kerusakan yang diakibatkan oleh
gempa bumi. Kita dilarang masuk karena terlalu berbahaya. Jadi disini kita
hanya berhenti sebentar untuk foto.
Tembok pertahanan yang mengelilingi kerajaan Inwa |
Maha Aung Mye Bon Zan Monastery
Kuil ini unik karena memiliki bentuk seperti kuil yang
terbuat dari kayu dengan atapnya yang bertumpuk-tumpuk. Pada waktu itu banyak
kuil dari kayu yang terbakar, maupun tidak tahan dengan cuaca, sehingga
dibuatlah kuil ini dengan menggunakan batu bata walaupun modelnya masih model
kayu. Untuk memasuki kuil ini, diperlukan tiket Mandalay Zone yang EHS beli
waktu di Mandalay City Tour. Untuk membacanya dapat di klik disini Mandalay City Tour. Makanya jangan sampai hilang tiket tersebut.
Watch Tower
Tidak jauh dari sana, terdapat menara pengintai. Pada saat
ini menara pengintai ini masih di renovasi. Tetapi lucunya menara ini agak
miring. Entah ini karena pergerakan tanah atau memang dibangun miring (yang
rasanya tidak mungkin).
Pemandian buat keluarga Raja |
Yadana Hsemee Pagoda
Kuil ini sebagian besar sudah hancur dan menyatu dengan
alam. Salah satu hal unik dari kuil ini adanya patung Budha di bawah pohon
besar, seperti mengibaratkan aslinya.
Bagaya Kyaung Monastery
Biara ini dibangun menggunakan kayu jati. Pilar penyangganya
pun menggunakan kayu jati yang cukup besar. Pada saat EHS kesana, ada pelajaran
untuk biarawan kecil. Untuk masuk ke tempat ini, juga diperlukan tiket Mandalay
Zone.
Setelah dari Bagaya Kyaung, tujuan selanjutnya adalah U Bein
Bridge. Sewaktu perjalanan, tour ojek membawa ke satu komplek kuil. EHS sudah
lupa nama kuilnya. Dan EHS dibawa ke tempat pembuatan longyi.
U Bein Bridge
U Bein bridge ini terletak di Amarapura. Jadi setelah
keliling Amarapura, Sagaing, Inwa, akhirnya kembali ke Amarapura lagi. U Bein
bridge ini adalah jembatan yang terbuat dari kayu jati terpanjang di dunia. Dari
jembatan ini, kita dapat melihat langsung kehidupan masyarakat Myanmar di
daerah itu. Ada yang nelayan, peternak bebek, bercocok tanam di endapan di tengah
sungai dll. Disini, EHS dan tour ojek menepi di warung di pinggir sungai untuk
menikmati tahu yang halus seperti tahu sutra dan ketan goreng menunggu matahari
terbenam.
kok aku rada berkunang2 ya liat kepala2 botak yang kumpul makan.. ehehehe
ReplyDeleteMyanmar tuh mirip sama kita yaa, banyak candi2 dan bangunan tua yang mirip
Hahaha .. Kesalahan bukan di matamu, kesalahan pada kamera atau fotonya atau manusianya yang ga bisa diam kalau difoto atau pada manusia yg mengambil foto hahaha ..
DeleteIya lumayan mirip. Banyakan sana tapinya. Secara mayoritas disana kan agama Budha, sedang disini kan mayoritas agama Islam.
Yo... apa kabar koh?
ReplyDeletepoto2nya bagus...
Wah .. Lama ga muncul kak dodo. Apa kabar?? Baik2 disini hehehe ..
Delete