Klik untuk melihat Itinerary Japan 2015
Di postingan kali ini, EHS akan gabung 2 hari yang isinya
belanja semua. Sebetulnya bukan belanjanya yang heboh, karena teman-teman EHS
hanya belanja sepatu. Di Tokyo, daerah-daerah yang terkenal memang merupakan
daerah belanja. Sebut saja Shinjuku, Harajuku, Shibuya, Ginza yang namanya
sangat popular, itu semua merupakan tempat belanja dengan karakter
masing-masing.
Sabtu, 3 Oktober
2015
Tokyo Skytree dan
Tokyo Solamachi
Tokyo Skytree ini menara pemancar TV tertinggi di Jepang
menggantikan Tokyo Tower dan menjadi landmark Tokyo. Terdapat 2 tempat
observasi dengan ketinggian 350 meter dan 450 meter, yang menjadikan tempat ini
observasi tertinggi di dunia. Kita dapat naik ke atas dengan membayar JPY 2,060
untuk yang pertama, dan tambahan JPY 1,030 kalau ingin mengunjungi yang
tertinggi. Tentu saja EHS tidak naik. Kan sudah EHS bilang, tiba-tiba uang Yen
EHS minipis tanpa sebab yang penting hahaha .. Dan akhirnya EHS dan teman-teman
ke Tokyo Solamachi, mall yang berada tepat di bawah Tokyo Skytree. Kita ke
Tokyo Solamachi tujuannya hanya satu, cari counter Onitsuka Tiger, merk sepatu
ternama dari Jepang. Dan Jepang terkenal dengan barangnya yang dijual dalam
negeri bakal lebih mahal tetapi lebih bagus daripada buat ekspor. Makanya
teman-teman EHS ke Onitsuka Tiger buat cari yang Japan Made yang tidak akan
bisa ditemukan di Negara lain.
Ginza
Tujuan berikutnya adalah Ginza. Ginza merupakan suatu daerah
dengan banyak pertokoan merk premium tersebar disekitarnya. Usahakan waktu ke
Ginza pada weekend diantara pukul 12.00 – 17.00. Karena pada saat itu, jalan di
Ginza ditutup untuk kendaraan. Jadi kita bisa berjalan mengelilingi Ginza
dengan lebih leluasa. Jangan lupa mengunjungi Uniqlo store yang memiliki lantai
lebih dari 10.
Setelah puas di Ginza, tujuan berikutnya adalah Odaiba.
Karena perut sudah keroncongan, akhirnya kita memutuskan makan di suatu
restaurant di dalam pertokoan bawah tanah di Ginza Station.
EHS tidak tau namanya, sekali lagi keterbatasan bahasa. Tapi
seperti biasa, EHS memilih gambar yang termasuk awal dengan harga hanya JPY
290. EHS mendapat nasi dengan daging babi dan sejenis labu dimasak dalam kecap.
Salah satu makanan berat termurah yang pernah EHS dapat di Jepang. Sebetulnya system
restaurant ini, kita memilih berbagai pilihan nasi dengan lauk yang sedikit,
setelah itu ada berbagai pilihan tempura dan goreng-gorengan lainnya dengan
tambahan harga sendiri. Kalau tidak mau menambah apapun juga, kita masih dapat
mengambil remahan gorengan yang disediakan bersama bermacam pelengkap seperti
acar jahe, kecap dan bubuk cabai. Dan jangan khawatir kalau lauknya sedikit,
karena walaupun kita tidak tambah gorengan, ternyata dengan harga yang murah,
dagingnya bisa dibilang masih cukup banyak.
Odaiba
Odaiba ini dulunya adalah pulau-pulau buatan yang diciptakan
untuk benteng pertahanan terhadap serangan laut pada waktu perang. Setelah
perang usai, pemerintah mengisi daerah diperbatasan pulau-pulau kecil tersebut
untuk dijadikan satu. Setelah itu terjadilah pembangunan besar di tempat ini. Sempat
terhenti pada krisis ekonomi dunia pada tahun 1990, sampai menjadi
terbengkalai. Tetapi Jepang berhasil mengatasi masalah perekonomiannya dan
melanjutkan pembangunan besar-besaran dan menjadikan Odaiba kota yang
futuristic. Ada pertunjukan lampu di Fuji TV Building setiap malam, patung
liberty, raibow bridge dan patung Gundam dengan ukuran aslinya.
Anak ini kok nongo terus sih !!!! |
Setelah dari Odaiba, kita balik ke hostel di Asakusa. Pada malam harinya, kita makan di sebuah
Izakaya, bar kecil yang menjual minuman beralkohol beserta makanan
pendampingnya. Kebetulan malam itu EHS berulang tahun, makanya kita minum-minum
dan makan di sana.
Ada satu kejadian yang lumayan menakutkan. Salah satu teman
EHS tiba-tiba dadanya menjadi sesak, sulit bernafas. Pertama kita kira dia
hanya pura-pura, karena dia tidak mau minum banyak. Tapi EHS sadar itu bukan
pura-pura, karena dia sampai menangis. Untungnya EHS bawa Alupent, obat semprot
untuk asma (karena EHS kadang asma kalau ada debu atau batuk pilek parah). Tapi
tidak lama, teman EHS sudah baikan walaupun tanpa Alupent. Gara-gara kejadian
itu, EHS berpikir untuk mengambil asuransi perjalanan. Ga mau juga kan kita
sampai ke rumah sakit di luar negeri padahal uang kita mepet.
Minggu, 4 Oktober
2015
Hari ini adalah hari terkhir kita di Tokyo. Rencananya pagi
ini kita check out, dan membawa tas kita untuk dititipkan di loker. Berhubung
jadwal hari ini tidak terlalu banyak, hanya Harajuku dan Shibuya, maka itu kita
masih enak-enakan di hostel sampai lumayan siang. Setelah itu kita menuju
Shibuya untuk menitipkan tas-tas kita.
Ternyata, karena sudah siang, lokernya sudah penuh. Kita
sempat mencari di beberapa loker dan selalu penuh. Sampai akhirnya kita cari
pusat informasi, dan menanyakan letak semua loker di Shibuya. Ga enak juga kan
kalau kamu jalan-jalan dengan membawa koper yang besar-besar. Sampai akhirnya
ada satu loker yang letaknya di dalam. Dengan harapan karena jarang ada yang
lewat, kita menuju ke sana. Tetapi menuju ke sana pun tidak mudah. Untungnya
ada seorang wanita bule beraksen British yang sangat baik. Wajahnya dan tingkah
lakunya mirip sekali dengan Professor McGonagall.
Source : www.fanpop.com |
Dia memakai kalung tanda pengenal, jadi EHS berpikir pasti
dia salah satu anggota Order of the Phoenix dari Shibuya Station. Dan
dia memberi tahu caranya ke loker tersebut. Karena dia tidak yakin kita bakal
menemukannya, dia mengantarkan kita sampai ke loker. Baik banget deh, sangat
cocok dengan karakter sang Professor McGonagall yang tegas, baik hati dan tidak
sombong. Salah satu kebaikan waktu kita traveling, kita bakal mudah bersyukur.
Walaupun dia hanya mengantarkan saja, tapi bagi kita yang sudah keliling
mencari loker satu setengah jam, bantuan ini terasa dalam maknanya.
Harajuku dan Omotesando
Hill
Setelah menaruh tas di loker, kita lanjut ke Harajuku.
Kenapa kok ga ditaruh di Harajuku saja? Harajuku Station ini sangat kecil, jadi
EHS tidak yakin apa ada lokernya. Harajuku biasanya lebih terpusat di
Takeshita-dori, satu jalan kecil yang tertutup untuk kendaraan. Di sana banyak
terdapat butik baju maupun aksesoris dengan tema yang lebih ekstrim dari
biasanya. Makanya banyak orang berbaju unik di tempat ini. Dan kalau ingin
melihat para cosplayer, datang saja di Yoyogi Park di dekat Takeshita-dori.
Kita jalan dari Harajuku Station sampai ke Omotesando Hill, baru belok ke
Shibuya.
Ada satu hal yang dibanggakan di daerah Harajuku, tepatnya
di Takeshita-dori, yaitu Marion Crepes. Harga paling murah JPY 800, termasuk
mahal untuk ukuran crepes. Tapi isiannya memang banyak, tapi menurut EHS
Marion Crepes ini overrated. Atau mungkin karena ekspektasi EHS sudah
ketinggian, karena banyak lihat di blog orang yang traveling ke Jepang selalu
makan ini dan kebanyakan bilang must eat? Atau EHS mungkin salah pilih menu
hahaha ..
Shibuya
Tujuan berikutnya adalah Shibuya. Tadi paginya kita sudah ke
Shibuya dan menitipkan koper dan juga bertemu dengan Professor McGonagall. Kini
saatnya kembali ke Shibuya untuk benar-benar melihat ada apa saja di sini.
Shibuya ini bisa dibilang seperti bundaran HI di Jakarta (walaupun EHS hanya pernah
lihat di tipi hahaha), karena ada banyak mall berjejer-jejer. Bahkan ada
Shibuya 109 Men yang semuanya berisi keperluan cowok, walaupun di lantai Ground
ada yang jual pernak-pernik Hello Kitty (EHS juga bingung, tapi hanya 1 itu aja).
Tapi yang paling terkenal dari Shibuya adalah Shibuya crossing, yaitu
perempatan Shibuya yang dipenuhi orang yang menyebrang dari segala sisi. Dan yang hebatnya lagi, K-Pop Idol mendominasi semua papan reklame di Shibuya. Ternyata demam K-Pop melanda dimana-mana. Padahal Jepang punya banyak artis terkenal juga kan.
Wajah anak ini selalu melas kalau foto hahaha .. |
Dan juga patung Hachiko, yang memiliki makna mendalam
sebagai seorang anjing, eh seekor anjing. Yang sampai dibuat ulang sama
Hollywood dan diperankan oleh Richard Gere. Bukan!!! Bukan Richard Gere yang memerankan
jadi Hachiko, tapi dia jadi professor pemilik anjing yang bernama Hachiko
(ngawur kamu).
Selesai juga wisata belanja di Tokyo. Tidak hanya belanja saja sih yang selesai, tapi Tokyo juga.
Karena malamnya kita bakal naik night bus menuju ke Kyoto. Kita menggunakan bus
Willer Express yang dapat di klik di sini WILLER EXPRESS.
Kita belinya sebelum berangkat, karena takut kehabisan kursi. Sebetulnya ada
pilihan dari Shinjuku Station, tapi karena hari Minggu, maka harganya naik
(mungkin karena stok kursi sudah menipis). Dan akhirnya kita memilih dari
Ikebukuro Station yang harganya kalau dikurskan lebih murah sekitar IDR 250,000.
Jadi jangan lupa untuk subscribe di kanan atas agar tidak ketinggalan
cerita-cerita berikutnya.
Ko Edo~~ fotonya bagussss.. pake kamera apa? trus kayak tokyo skytree itu juga bisa kefoto sampe mentok tapi dari jarak yang dekat. foto-foto lainnya juga okee~~ ditunggu kelanjutan ceritanya. :D
ReplyDeleteps: happy bday!! semoga makin cetar, kayaa biar bisa jalan-jalan terus plus ketemu si jodoh biar bisa travelling bareng.. heheheeh
duh, ini telat banget deh, waktu itu tau sih ko2 ultah cuma lupa tanggalnya. mau nanya gak enak..
(Thea - lagi gak sign in. lol)
Kameranya Sony ILCE 5100 White. Ya itu foto Skytree fotonya dari jauh. Penginapanku kan dekat sama skytree, jadi kita kesananya jalan. Makanya bisa dapat jarak terbaik, kelihatan semua dalam jarak paling dekat.
DeleteThank you Thea. Amien banget deh. Semoga keliling dunia berduaan saja. Siapa yang mau sama aku hahaha .. Honeymoon terus hahaha ..