Saturday, December 3, 2016

Travel Myanmar: Bagan dan Mt. Popa


Seperti biasa, salah satu kerugian kalau beli tiket promo itu waktunya masih panjang, kira-kira setahun sebelum penerbangan. Dan ada kemungkinan kalau tiket kita dipindah jadwal secara sepihak, dan kemungkinan terburuknya, jalur penerbangan kita dihapus. Pada kali ini, kemungkinan terburuk itu terjadi. Tiket Surabaya - Don Mueang (Bangkok) sudah tidak tersedia, dan akan dikembalikan secara tunai. EHS merasa rugi dong, secara tiket barunya harganya mencapai 2 juta sekali jalan dengan jalur Surabaya – Kuala Lumpur – Don Mueang, maupun Surabaya – Jakarta – Don Mueang. Pergi pulang jadi 4 juta. Padahal tiket EHS pergi pulang hanya 1 juta. Untungnya AirAsia (setelah EHS menghubungi customer service-nya) mau memberikan ganti tiket, dan tidak mengembalikan uang. Jadinya lebih capek karena banyak transit, tetapi masih oke dari pada mengeluarkan uang 4 juta.

Setelah tiba di Bangkok, EHS menginap di Bangkok karena bakal melelahkan kalau langsung disambung ke Yangon. Lagian, Bangkok selalu ada sesuatu yang baru untuk dikunjungi. Tapi EHS tidak akan menjelaskan tentang Bangkok, karena EHS di Bangkok hanya belanja dan pijat.

Setelah sampai di Yangon, EHS menuju taxi booth untuk pesan taxi menuju ke stasiun bus menuju ke Bagan. Yangon bakal EHS kunjungi terakhir karena pesawat pulang EHS dari Yangon lagi. Selagi badan dan pikiran EHS masih fresh, yang capek-capek EHS selesaikan terlebih dahulu.

EHS memesan bus JJ Express yang dapat di pesan melalui facebook-nya dan bayar nanti kalau sudah sampai di stasiun. Untuk link facebook dapat di klik disini, dan disini. Keduanya sama sih, tapi EHS coba hubungi keduanya, siapa yang responnya lebih cepat. Booking bisa dilakukan kurang lebih 1 bulan sebelum hari keberangkatan. Untuk harganya (pada saat EHS berangkat) MMK 24,300 atau sekitar IDR 250.000. Cukup mahal, tetapi tempat duduknya cukup lapang dan dapat ditidurkan dan sandaran kaki dapat dinaikkan walaupun tidak sampai lurus.

Jadwalnya kita berangkat pukul 20.00 waktu Myanmar dan sampai pukul 05.00 keesokan harinya. Tetapi ternyata pukul 03.30 kita sudah sampai. Karena masih gelap, tidak ada pilihan lain selain naik taxi. Untungnya EHS menginap di hostel yang cukup terkenal, sehingga EHS mendapat banyak teman yang dapat diajak share taxi. Ada 8 orang dengan tujuan yang sama, sehingga kita mengambil 2 taxi. Dengan tawar menawar yang cukup alot, akhirnya kita mendapat taxi dengan MMK 10,000 ke hostel dibagi 4 orang. Dan ketika masuk Bagan, kita wajib membayar Bagan Entrance Fee sebesar MMK 25,000. Kalau tidak punya tiket masuk Bagan, penginapan manapun tidak akan bersedia memproses kita.

Setelah selesai urusan check in dan titip tas, karena masih belum boleh masuk kamar, kita langsung menyewa e-bike untuk jalan-jalan di Bagan. Pilihan terbaik adalah e-bike, seperti sepeda motor tapi lebih ramping. Yang perlu diketahui, kadang batrai e-bike bisa cepat habis. Maka kita harus memiliki nomor telephone tempat persewaannya agar dapat menolong kita. Untuk menyewa e-bike kita perlu mengeluarkan uang sebesar MMK 3000 – 5000 untuk sehari dan dipulangkan pukul 19.00. Tapi bisa menginap juga apabila kita ingin melihat sunrise, tinggal nego langsung harganya. Persewaan e-bike ada banyak tersebar di daerah penginapan.


BAGAN

Keinginan EHS pertama kali di Bagan adalah naik hot balloon. Tapi sayangnya tidak tersedia karena cuaca yang buruk. Maklum, EHS datangnya di musim penghujan. Tapi lebih baik batal deh, karena harganya pun mahal sekali. Sekitar USD 350 jadi sekitar 4 jutaan. Akhirnya EHS hanya keliling Bagan saja. Dan ini rute e-bike yang EHS jalani selama di Bagan.



Dan inilah keindahan Bagan yang berhasil terekam kamera EHS.











E-Bike yang setia menemani seharian









Bonus foto makanan khas Bagan. Lupa namanya, tetapi ini adalah daging babi dimasak dengan saus kedelai hitam. Rasanya ga begitu cocok di lidah EHS. Padahal bayangan EHS ini seperti Jjajangmyun, mie kedelai hitam khas Korea. Karena memakai bahan yang sama, kedelai hitam. Tapi ternyata rasanya tidak sama. Tetapi salad daun tehnya sangat enak. Kita mencoba makanan ini di Queen Restaurant di dekat Old Bagan. Restaurant ini memiliki peringkat ke-11 di Bagan oleh tripadvisor. Perlu diketahui, karena kebanyakan Myanmar beragamakan Budha, maka banyak restaurant tidak halal disini. Bagi yang tidak memakan babi harap tanyakan dahulu. Karena sebagian besar selama EHS berada di Myanmar selalu ada babi di menunya.



MT. POPA

Keesokan harinya, EHS bersama teman-teman yang baru kenal di hostel merencanakan untuk pergi bersama ke Mt. Popa. Tour ini dapat diselesaikan setengah hari. Mt. Popa ini seperti bukit dan diatasnya terdapat kuil. Kuil ini terlihat hebat kalau dilihat dari jauh. Tapi begitu sampai di atas agak biasa. Tetapi kita disuguhi pemandangan yang lain dari atas, yaitu menikmati landscape dan dapat melihat kota Bagan dari kejauhan.






Sempat terlihat hujan deras yang mengguyur kota Bagan, dan untungnya kita di Mt. Popa

Masih terlihat hujan turun deras dari kejauhan

Hujan tidak berlangsung lama, langit tampak menjadi cerah


Sebetulnya di tempat persewaan e-bike ada tour Mt. Popa sebesar MMK 8000. Tetapi karena teman-teman memilih yang lebih private tanpa tambahan orang asing lagi, maka kita menyewa mobil beserta sopir. Jatuhnya seorang MMK 9500. Lebih mahal, tetapi kita bisa seenaknya kita sendiri mau lebih lama disuatu tempat atau berlama-lama di rumah makan.

Untuk postingan berikutnya, EHS akan membahas tentang Mandalay, Yangon, dan sebagai bonus Chiang Mai. Jadi nantikan terus postingan EHS berikutnya. Dan jangan lupa subscribe ataupun follow facebook dan instagam di sebelah kanan.



< Prev                                                                                                                                             Next >

2 comments:

  1. wihh keren ya :) jadi pengen kesana dah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. Myanmar cukup keren. Soalnya lumayan banyak perbedaan sama Indonesia, jadi lumayan banyak mengalami hal yang baru.

      Delete